Oleh: Immawati Nisa Andriani, 2016
Di siang itu saat hujan turun, aku teringat akan rumah, rumah yang penuh dengan rasa kasih sayang dari dua malaikat yang selalu sabar dan tabah dalam mendidik buah hati mereka. Seorang kepala keluarga yang selalu tabah dalam menafkahi keluarganya, seorang ibu yang selalu kuat dalam melindungi buah hatinya.
Ketika hujan turun hati ini ingin menagis, ingin berteriak sekencang-kencangnya bahwa diri ini merindukan sebuah rumah mungil yang dihuni oleh dua malaikat tersebut. Dua malaikat yang selalu berharap bahwa buah hati mereka akan tumbuh menjadi seorang anak yang berguna, dua malaikat yang selalu ingin melihat senyum manis dari bibir buah hati mereka, dua malaikat yang tak pernah lelah dalam mendidik anak mereka, dan dua malaikat yang selalu aku ridukan.
Saat hujan pun telah berhenti kenangan manis di dalam rumah mungil itu masih terus menghantui, masih terus terbayang. Aku pun mulai merasa ingin secepatnya pulang, ingin secepatnya menyelesaikan study_ku, ingin secepatnya membahagiakan dua malaikat_ku yang selalu menjadikan aku sebagai layaknya seorang putri raja.
Ayah terimakasih karna telah menjadi nyawa di kehidupanku, terimakasih karena engkau telah tabah dalam menopang kehidupanku, telah menjadikan putrimu ini menjadi putri yang sabar, putri yang kuat, putri yang tak pernah mengenal kata putus asa.
Ibu terimakasih banyak karena telah mendidikku, telah menjagaku, telah melindungiku. Aku sadar bahwa aku tidak akan mampu untuk membalas segalanya, tapi aku janji dengan segala yang aku miliki aku akan selalu berusaha mengukir senyum manis di bibir kalian. Mungkin aku tak akan mampu tapi aku selalu berusaha meski pun aku tahu bahwa segalanya memang sulit.
Dari diri kalianlah aku belajar berjuang untuk selalu membahagiakan orang-orang yang aku sayang, dari diri kalianlah aku belajar bahwa kehidupan tidak selamanya berjalan mulus sesuai keinginan kita, dari diri kalianlah aku belajar bahwa setiap cobaan adalah nikmat kehidupan, dan dari diri kalianlah aku belajar bahwa dari setiap masa lalu adalah pelajaran dalam masa yang akan datang, serta dari diri kalian juga lah aku belajar bahwa segalanya tidak akan perna mengikuti alur pikiran kita.
Ketabahan hatimu Ayah, kekuatan hatimu Ibu dan kesabaran kalian adalah kekuatanku, harapan dari kalian adalah semangatku untuk terus berjuang, dan do’a kalian adalah motivasiku, serta senyum kalian adalah impianku, kebahagiaan kalian adalah harapanku. Ketika dua malaikat_ku bersedih itu adalah awal kehancuran untukku. Air mata kalian adalah ketidak berdayaanku, keputus asaan kalian adalah kerapuhanku. Ketika saat itulah aku selalu berjanji pada diriku sendiri bahwa aku akan selalu berusaha untuk tidak menciptakan kesedihan dalam kehidupan dua malaikatku, tidak akan membiarkan air mata mereka jatuh walaupun hanya setetes, tidak akan membiarkan keputus asaan menghampiri di setiap kehidupan mereka,
Ayah…… ibuuu……
Bersabarlah putri kalian sedang berjuang untuk mengukir senyum indah di wajah kalian…. J J :*:*